aku mencintai melibihi yang kamu rasa

aku mencintai melibihi yang kamu rasa
danbo bafa

Sabtu, 18 Februari 2012

simbah dan bejo = punakawan


Waktu hujan deras, Bejo liat Simbah Kakung lagi duduk sendirian dikamarnya. Dikursi goyang tuanya, dia pun melihat keluar jendela. Bejo jalan mendekat...Simbah ternyata menangis. Lalu Bejo nanya

"Mbah, kenapa kok nangis?"

Jawabnya.....

"udhane kae nggawe luntur putuku..."

Bejo bingung sama jawabannya Simbah.

"apanya yang luntur, Mbah? kulit hitamku ya?" tanyanya lagi sambil bercanda..

Simbah hanya menggeleng sambil tersenyum tipis dengan pandangan tetap keluar jendela. Sepertinya Simbah sedang marah, tapi tertahan pada hujan yang lagi deras derasnya turun.

"Le,.." panggil Simbah sambil menepuk ujung tempat tidurnya, ngasih tanda supaya Bejo duduk disitu, disampingnya.

"kenapa, Mbaaaah?" tanya Bejo lagi sambil mendekat.

Simbah menatap dalam dalam kedua mata Bejo. Matanya yang sudah masing masing dioperasi kataraknya, kelihatan begitu tua, dan sayu. Sekilas Bejo ga tega menatap balik.

"Le,...kowe iki anak'e wong Jowo. Ibumu, putriku, lahir nang Solo. Bapakmu, mantuku, lahir nang Jombang. Kabeh kabeh ya gedhe nang kampunge masing masing. Bar mari sekulahe, padha ngungsi nang Jakarta, pethukan lan rabi. Waktu Simbah Putri meninggal, aku diboyong rene karo ibu bapakmu. Ben ana sing ngopeni jarene"Simbah mulai cerita.

"lah, iya, Mbah... Bejo juga senang Mbah ada disini sama kami... Kan enak Mbah ada temannya...dari pada di kampung sendirian...sepi"

Simbah kembali tersenyum tipis.

"Kowe nek dadhi wong jo lali kampung halamanmu ya Le?... jo sepisan ra njawani ya Le?... kowe mesti sinau terus tradisine nenek moyangmu, wong Jowo.... sinau wayang, sinau falsafah Jawi... lakonono uripmu seperti wong Jowo sing ngerti budaya lan tradisi ne...jo keblinger dadhi wong kutho, Le..."

"Mbah..Mbah tu kenapa sih?... Bejo ga ngerti.... Mbah takut Bejo ga suka jadi orang Jawa ya?...Mbah takut Bejo ga mau belajar ttg budaya Jawa ya?... kan Mbah tau sendiri..sekarang Bejo latihan nari wayang orang dan sering ndapuk jadi penari sama kumpulan wayang orang kota ini... trus Bejo juga sering motret pertunjukkan wayang kulit dan hasil jepretan Bejo udah Bejo kirim ke majalah budaya beserta tulisan dan ceritanya...biar orang lain bisa belajar tentang wayang dari hasil jepretan dan hasil tulisan Bejo... apa masih kurang, Mbah?" sahut Bejo, protes pelan.

Simbah malah mengelus wajah Bejo dengan penuh kasih sayang dan berkata

"Mbah bangga, Le...kowe gelem sinau nari wayang wong... kowe motrek wayang.... mung dadhi wong Jowo bukan cuman itu, Le..."

Sejenak Bejo menunduk...dia kesal, ternyata selama ini, usahanya untuk membuat Simbah bangga masih kurang. Padahal Bejo sudah ikutan nari wayang orang dan termasuk penari yang bagus. Lalu Bejo juga sering motret acara acara kesenian tradisi Jawa dan di kirim ke majalah budaya temannya untuk dijadikan liputan.

"Le,.. kamu lakukan itu semua, kenapa Le?"

Bejo kaget Simbah nanya gitu ke dia

"ya untuk ikutan melestarikan budaya Jawa dong Mbah.... apa lagi?"

"oooo....apik kae Le...mulia benar keinginanmu.... dan Mbah bangga punya cucu seperti kamu"

"tapi kenapa tadi kok Mbah nangis liatin hujan dan bilang hujannya dah bikin putu Mbah luntur. Bejo kan cucu Mbah satu satunya... emangnya Bejo batik bisa luntur?"

"hehhehehe..." Simbah pun terkekeh melihat cucu semata wayangnya protes dan ngambek.

"Jo" panggil Simbah "kamu tau apa arti Punakawan?"

Bejo terdiam sejenak, dalam hati dia mikir "mampus gue! ada kuis dadakan nih!!!"

Lalu Bejo menggeleng pelan dan ragu.

Simbah tersenyum lebar dan kembali membelai wajah Bejo, tapi kali ini, wajahnya sudah berubah tidak murung lagi.

"kamu kan hampir tiap minggu menari bersama para Punakawan... kok ga tau siapa dan apa arti Punakawan?"

Bejo makin ciut. "Mbah, Bejo emang belum belajar tentang wayangnya...."

"ya itu, Le...kamu harus tau dulu, apa yang kamu lakukan, kenapa kamu lakukan dan bagaimana nanti setelah kamu lakukan sebelum kamu benar benar lakukan...."

Muka Bejo merah nahan malu.

"Simbah kasih tau ya Le?... Punakawan itu aslinya adalah dari kata kata Pana yang artinya arif dan paham benar... lalu kata Kawan yang artinya sahabat. Punakawan itu bisa juga dibilang sahabat sahabat yang arif atau bijaksana. Kamu kan tau, para Punakawan itu selalu mengabdi pada siapa?"

"ke wayang yang baik, Mbah..."

"kayak siapa, Le?"

"ya para Pendawa, Mbah.. Bima, Arjuna, Yudistira, Nakula Sadewa.."

" Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula Sadewa...urutan nya gitu, Le...naaah....kamu tau ga, kenapa para Punakawan selalu mengikuti wayang baik, seperti katamu..atau istilahnya, wayang jagoan... atau ksatria?"

Bejo geleng..

"karena, para Punakawan itu selalu dimintai saran saran, nasihat nasihat serta pendapatnya dan selalu diikuti oleh para Pendawa, sebab bila tidak, cilakalah mereka...kalau di pertunjukkan wayang kulit, para Punakawan ini keluarnya pas goro goro, atau ketika sudah ada masalah atau malapetaka yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan di alam dunia...Simbah kenalkan para Punakawan sama kamu sore ini, mau ga Le?"

"mau, Mbah..,mau!" jawab Bejo antusias.

"Punakawan itu siapa ajah, Le?"

"Semar, Bagong, Gareng dan Petruk,Mbah..."

"betul.... naaah...Semar itu kalau dalam falsafah orang Jawa, adalah perwujudan dari yang namanya Karsa atau kehendak. Maka dari itu, wujudnya gemuk karena tidak banyak bergerak, banyak menghayal dan mimpi. Tangan kanan Semar jarinya nuding atau menunjuk yang memiliki maksud memberikan petunjuk dan yang jari tangan kiri ngegegem atau menggegam yang artinya kehendak manusia itu sifatnya individual atau pribadi. Karsa itu akan tetap ada di hatimu thok kalo tidak diwujudkan dalam perbuatan, maka dari itu, Semar ditemani Bagong yang wujudnya tidak jauh berbeda dari dirinya. Bagong adalah perwujudan dari Karya atau perbuatan. Maka dari itu, Bagong bisa juga dibilang bayangannya Semar karena yang namanya Karsa itu harus selalu diikuti Karya. Tangan Bagong jari jarinya mbegar atau terbuka lebar, ini artinya bahwa tindakan atau perbuatan itu sifatnya terbuka. Manungso nek arep urip kae kudu obah... manusia kalau mau hidup harus gerak..harus berkarya...harus bertindak untuk melanjuti karsanya, atau kehendak atau keinginannya"

"kamu tau Le? ada dua jagad di kehidupan kita. Yang pertama adalah jagad alit, atau diri kita sendiri...yang kedua adalah jagad ageng atau alam kosmos. Semar dan Bagong sadar bahwa mereka berdua tidak cukup karena yang namanya jagad alit itu terus berkembang, sedangkan jagad ageng begitu gitu saja. Manusia itu memiliki kebutuhan dan alam lah yang menyediakannya. Ini namanya Jer Basuki Mawa Beya yang artinya manusia itu sebaiknya memiliki sebuah kemampuan untuk mengolah alam dan memanfaatkannya sebaik baiknya, artinya tidak boleh merusak alam. Urip kae pedomane Karsa Semadyo...sak cukupe wae..ra sah neko neko opo meneh ngerusak.... maka dari itu, terciptalah Gareng. Gareng ini merupakan perwujudan dari Cipta atau ilmu pengetahuan. Kalau kamu perhatikan, fisik Gareng itu seperti apa, Le?"

Bejo menjawab cepat " fisiknya cacat, Mbah... badannya bengkok dan mletat mletot... matanya juga juling... trus jalannya pincang..."

Simbah terkekeh dan berkata "bener.... Gareng itu badannya mletat mletot...bungkuk, sikile ya gejig dan tangannya cekot... ra ana ganteng2e blas... kamu tau kenapa wujudnya Gareng seperti itu?"

Bejo menggeleng lagi.

"Gareng elek karena dia itu perwujudan dari ilmu pengetahuan. Coba ya Le? kalau kamu belajaaaaaar terus... tidak perduli sama yang lain, terlalu banyak duduk, pasti badanmu bengkok dan mletat mletot kayak Gareng juga kan? Matamu juga jadi juling karena kebanyakan membaca,.. dan karena tidak memperhatikan yang lain, kamu jadi tidak pernah olahraga, makan tidak baik. makanya pertumbuhan ragamu jadi jelek. Kalau manusia hanya mementingkan ilmu pengetahuan dalam hidupnya, maka hal hal lain akan menjadi terlantar... badannya bisa rusak. Apalagi hatinya. Makanya Gareng disebut juga dengan sebutan....apa Le? kamu tau ga?"

"apa ya Mbah?... ooo...Nala Gareng!!"

"iya...hehehhehe... kowe ncen wasis koyo ibumu kok Le...yen bapakmu kae wong mung ngeyel thok...hehhehe.... lah itu..kamu ngerti tidak kenapa Gareng disebut juga dengan sebutan Nala Gareng?"

Bejo geleng lagi

"suwi suwi, coplok raimu, Le...ket mau kok nggeleeeeng ae....hehhehehe!!! putuku, nggeeeer....." canda Simbah sambil membelai rambut Bejo dan ngeplak kepalanya pelan.

"Nala Gareng itu artinya hati yang kering, Le... kalau kamu hanya memberi makan pada otakmu terus, lama lama hatimu kering dan mati. Kalo kamu liat, tangannya Gareng sebelah nuding dan sebelah lagi mbegar atau terbuka seperti Bagong, kan? Ini artinya ilmu pengetahuan itu sifatnya pribadi dan siapa saja bebas untuk memilih mau rajin belajar atau malas dan, kalau menurut orang Jawa, ilmu pengetahuan itu ngelmu kae angele yen rung ketemu..maksudnya, ilmu pengetahuan itu tidak akan jadi apa apa kalau tidak disebar luaskan..ilmu pengetahuan itu kabisan atau kebiasaan serta kagunan atau kegunaan. Dia tidak akan bermanfaat apa apa jika tidak dibagikan atau diajarkan pada orang lain. Jika hal ini dilakukan, maka ilmu pengetahuan akan mendatangkan manfaat bagi diri kita sendiri juga banyak orang. Hanya dengan begini, ilmu pengetahuan akan semakin berkembang dan berguna. Sampai disini, kowe ngerti ora Le?..Simbah lambene nganthi ireng, kowe jik ra dhong, modyar cepet aku ngko.... hehhehee"

"hehehhe...." tawa Bejo " ngerti, Mbah..."

"Ya wis,...Mbah lanjutin ya?.. kita sudah punya apa saja, Le? Karsa, Karya dan Cipta ya?  Ini belum komplit, Le...masih kurang satu lagi. Kira kira apa ya Le? kamu tau gak? wis ra sah di wangsuli...ndak coplok tenan raimu ngko... hehhehe.. gegelengan wis koyo godeg2an nang montor2 bapakmu kae...hehehhehe..."

"yah Simbah...mau ngajarin atau mau ngejek?" protes Bejo sambil bercanda...

"hehhehe...ya ya... jebul kowe iki selain wasis percis Mbokmu, tapi ya juga ngambekan ya?... hhehhehehe... kae koyo Simbah Putrimu mbiyen.... mung dekne ayu nek ngambeg...la kowe malah makin mirip bapakmu....hehhehe... wis ireng, bunder, keriting, godeg2...wis lah..."

"Mbah..terus aje..."

"hehhehe...iyo Le.... gojeg...kowe putu Simbah sing paling ganteng!! sing paling wasis!!! sing paling sae!!"

"yeee!! Simbah gimana? cucu Mbah kan cuman Bejo,....jelas aja Bejo paling ganteng, paling pinter, paling baik!!"

"lho rak tenan tho?... ncen kowe wasis!!!...."

"auk ah Mbah... lanjutin dong.... ngajarinnya! bukan ngenyeknya!!"

"hehhehee..ya ya... sekarang siapa lagi yang mau Mbah kenalin ke kamu...oooo... Petruk!!... Kamu tau kan kalo Petruk itu fisiknya gimana, Le?..."

"Petruk itu tinggi, besar dan lurus mulus, Mbah... trus mukanya seneng terus... kayak ga pernah sedih... dia paling banyak tingkah diantara semua Punakawan...suka joged joged... trus paling sering bercanda sama senengnya nyanyi... trus dia paling sering jadi biang kerok.."

"waaah..jebul favoritemu iku Petruk ya Le?... hehehhehee... ngerti akeh kowe karo Petruk... hehehhe...kamu tau Petruk itu perwujudan dari apa?....Petruk itu perwujudan dari Rasa atau seni atau perasaan. Jari jari tangan Petruk seperti Semar, ngegegem karena itu sifatnya individual...seni itu kan tergantung bakat masing2 orang, Le.. dan seni itu ora keno dipekso...tidak bisa dipaksa. Kalau memang tidak berbakat, biar belajar juga pasti masih ada kurangnya. Kalau istilah kamu sekarang tidak ada SOUL nya...hehhehe..."

"Mbah kok ngerti2 ne Soul tho Mbah?"

" hehhehehe.... aku kooook...."sahut Simbah ga mau kalah. "naaah, Petruk itu sifatnya selalu maunya sendiri, makanya seperti yang kamu bilang tadi, dia itu biang kerok. Dan memang benar...karena sifatnya yang satu inilah, Petruk sering dibilang tidak punya unggah ungguh, dan dia juga memiliki sebutan Kantong Bolong karena yang namanya seni itu bisa mahal sekali harganya. Kalau Cipta bisa "ditebus" dengan rusaknya badan dan hati, kalau Seni "ditebus"nya pakai materi. Ada nama sebutan Petruk yang lucu, Le..kamu tau ga?"

Bejo diam. Ga berani geleng geleng kepala tanda tidak tahu... tapi bahunya gerak naik.

"heleh!! wedhi ta nyek raimu coplok, sak iki malah jogedan ngge bahu... hehehhee... sebutan Petruk yang lucu itu namanya Ronggungjiwan. Ini singkatan dari Loro metanggung, siji kedawan. Seniman itu biasanya kelihatan berbeda dari kebanyakan orang. Sepertinya dia memiliki kepribadian lebih dari satu, tapi tidak cukup untuk jadi dua pribadi. Naaah...sudah komplit, Le.... semua sudah Mbah kenalkan... kamu ngerti tidak maksud Mbah menceritakan dan mengenalkan para Punakawan sama kamu?"

Sesaat Bejo terdiam...lalu pelan tapi pasti, dia menjawab

"Bejo ngerti, Mbah... Mbah mau Bejo jadi orang Jawa seutuhnya. Mbah mau Bejo melakukan hal hal yang Bejo anggap sudah merupakan bentuk keperdulian Bejo terhadap kesenian Jawa dengan mengerti betul apa yang Bejo lakukan dan apa yang Bejo hadapi. Mbah mau Bejo lantas tidak besar kepala hanya karena Bejo bisa nari, ikutan ndapuk Wayang Orang dan sudah bisa motret acara acara kesenian tradisi Jawa... Bejo masih harus banyak belajar, Mbah..tapi Mbah juga mau Bejo ambil pelajaran dari para Punakawan. Biar semuanya seimbang. Antara Karsa, Karya, Cipta dan Seni. Karena Mbah mau Bejo belajar dengan lebih baik lagi sehingga Bejo bisa menemukan bukan hanya jati diri Bejo, tapi juga sebuah cara untuk menjalani kehidupan didunia ini"

Simbah kali ini tersenyum amat lebar...matanya pun kembali berbinar,..tapi berbeda dengan tadi, kali ini air mata Mbah tertahan karena haru bahagia, bukan sedih.

"Mbah senang, Le,kamu masih mau mendengarkan apa kata orang tua seperti Mbah ini. Simbah sudah kuno...sudah tidak mengerti keadaan jaman edan seperti sekarang ini. Simbah juga tidak perduli kalau Simbah ora tuman. Simbah ini bangga jadi orang Jawa, Le... seperti juga halnya teman teman Mbah dari suku lain. Kami semua bangga dengan tradisi dan adat istiadat kami. Dan kami ingin, anak cucu kami tidak akan luntur jiwa kampungnya meskipun dilanda hujan deras kota metropolitan dan tiupan kencang angin janan edan. Mbah bangga punya cucu seperti kamu, Le..."

Bejo pun ikutan terharu, Dia sadar, bahwa selama ini, dia sudah besar kepala..sudah semena mena langsung berkata pada orang lain dengan bangganya bahwa dia sudah ikut melestarikan budaya Jawa...tapi sebenarnya dia belum sama sekali mulai, karena dia tidak mengerti apa yang dia lakukan.  Dia tidak pernah mempelajari dan berkenalan dengan apa yang dia lakukan. Tapi sekarang Bejo sudah mengerti. Bahwa dia harus mengenal lebih baik lagi tradisi Jawa, sebelum menyebut dirinya sebagai orang yang turut melestarikan adat istiadat serta budaya Jawa.

"Mbah... Lain kali, Mbah mau ya cerita ke Bejo tentang wayang dan falsafah Jawa lainnya. Bejo senang bisa belajar tentang itu semua dari Mbah Bejo sendiri..."

"Mbah akan senang sekali, Le... sebelum habis usia Simbah ini, Mbah mau kamu paham benar apa artinya menjadi seorang Jawa dan apa artinya melestarikan kebudayaan mu...."

"tapi ga pake ngenyek ya Mbah?"

"hmmm... nanti Simbah pertimbangkan lagi yang satu itu..."

"yah Simbah!..."

*sampai ketemu di tulisan gue berikutnya tentang budaya Jawa..wayang dan lain lainnya... semoga berkenan*

Sumber: berbagai buku tentang Jawa di rak buku gue....yang asli, males gue ketik satu2 namanya...hehehhee....

MATUR SEMBAH NUWUN!!!

BERKAH DALEM.


bima

Profil lengkap "werkudoro"
Bima,
Sosok Bima sebagai tokoh pewayangan
Nama : Bima
Nama lain : Werkodara; Bhimasena;
Bayusuta; Bharatasena;
Blawa, dan lain-lain.
Aksara Dewanagari : भीम; भीमसेन....
Ejaan Sanskerta : Bhīma; Bhīmaséna
Muncul dalam kitab: Mahabharata, Bhagawadgita, Purana,,,,
Asal : Hastinapura, Kerajaan Kuru
Kediaman : Hastinapura, lalu pindah ke Indraprastha
Profesi : Kesatria; juru masak
Senjata : Gada Rujapala
Dinasti : Kuru
Pasangan : Dropadi, Hidimbi, Walandara
Anak : Gatotkaca, Sutasoma, Antareja, Antasena.

baladewa


Baladewa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Baladewa
Balarama-dasavatara.JPG
Awatara Wisnu sebagai kesatria Yadawabersenjata luku
Dewanagari:बलराम
Ejaan Sanskerta:Balarāma
Nama lain:Balarama; Balabhadra;
Halayudha; dan lain-lain
Golongan:manusia awatara
Senjata:Bajak dan Gada
Pasangan:Rewati
Prabu Baladewa dan kekasihnya dalam lukisan versi India, bergaya Rajasthan.
Dalam mitologi HinduBaladewa (Sanskerta: बलदोव) atau Balarama (Sanskerta: बलराम; Balarāma), disebut juga Balabhadra dan Halayudha, adalah kakak dari Kresna, putera Basudewa dan Dewaki. Dalam filsafat Waisnawa dan beberapa tradisi pemujaan di India selatan, ia dipuja sebagai awatarakeenam dari Maha Awatara dan termasuk salah satu dari 25 awatara dalam Purana. Menurut filsafat Waisnawa dan beberapa pandangan umat Hindu, ia merupakan manifestasi dari Sesa, ular suci yang menjadi ranjang Dewa Wisnu.

Daftar isi

  [sembunyikan

[sunting]Kemunculan Baladewa

Baladewa sebenarnya merupakan Kakak kandung Kresna karena terlahir sebagai putera Wasudewadan Dewaki. Namun karena takdirnya untuk tidak mati di tangan Kamsa, ia dilahirkan oleh Rohini atas peristiwa pemindahan janin.
Kamsa, Kakak dari Dewaki, takut akan ramalan yang mengatakan bahwa ia akan terbunuh di tangan putera kedelapan Dewaki. Maka dari itu ia menjebloskan Dewaki beserta suaminya ke penjara dan membunuh setiap putera yang dilahirkan oleh Dewaki. Secara berturut-turut, setiap puteranya yang baru lahir mati di tangan Kamsa. Pada saat Dewaki mengandung puteranya yang ketujuh, nasib anaknya yang akan dilahirkan tidak akan sama dengan nasib keenam anaknya terdahulu. Janin yang dikandungnya secara ajaib berpindah kepada Rohini yang sedang menginginkan seorang putera. Maka dari itu, Baladewa disebut pula Sankarsana yang berarti "pemindahan janin".
Akhirnya, Rohini menyambut Baladewa sebagai puteranya. Pada masa kecilnya, ia bernama Rama. Namun karena kekuatannya yang menakjubkan, ia disebut Balarama (Rama yang kuat) atau Baladewa. Baladewa menghabiskan masa kanak-kanaknya sebagai seorang pengembala sapi bersama Kresna dan teman-temannya. Ia menikah dengan Reawati, puteri Raiwata dari Anarta.
Baladewa mengajari Bima dan Duryodana menggunakan senjata Gada. Dalam perang di Kurukshetra, Baladewa bersikap netral. Seperti kerajaan Widarbha dan Raja Rukmi, ia tidak memihak Pandawamaupun Korawa. Namun, ketika Bima hendak membunuh Duryodana, ia mengancam akan membunuh Bima. Hal itu dapat dicegah oleh Kresna dengan menyadarkan kembali Baladewa bahwa Bima membunuh Duryodana adalah sebuah kewajiban untuk memenuhi sumpahnya. Selain itu, Kresna mengingatkan Baladewa akan segala prilaku buruk Duryodana.

[sunting]Ciri-ciri fisik

Lukisan India modern, yang menggambarkan Baladewa berdiri di dekat sungai Yamuna.
Balarama seringkali digambarkan berkulit putih, khususnya jika dibandingkan dengan saudaranya, yaitu Kresna, yang dilukiskan berkulit biru gelap atau bercorak hitam. Senjatanya adalah bajak dangada. Secara tradisional, Baladewa memakai pakaian biru dan kalung dari rangkaian bunga hutan. Rambutnya diikat pada jambul dan ia memakai giwang dan gelang. Baladewa digambarkan memiliki fisik yang sangat kuat, dan kenyataannya, bala dalam bahasa Sanskertaberarti "kuat". Baladewa merupakan teman kesayangan Kresna yang terkenal.

[sunting]Baladewa dalam susastra Hindu

[sunting]Bhagawatapurana

Pada suatu hari, Nanda Maharaja menyuruh Gargamuni, pendeta keluarga, untuk mengunjungi rumah mereka dalam rangka memberikan nama kepada Kresna dan Baladewa. Ketika Gargamuni tiba di rumahnya, Nanda Maharaja menyambutnya dengan ramah dan kemudian menyuruh agar upacara pemberian nama segera dilaksanakan. Gargamuni memperingatkan Nanda Maharaja bahwa Kamsa mencari putera Dewaki dan jika upacara dilaksanakan secara mewah maka akan menarik perhatian Kamsa, dan ia akan mencurigai Kresna sebagai putera Dewaki. Maka Nanda Maharaja menyuruh Gargamuni untuk melangsungkan upacara secara rahasia, dan Gargamuni memberi alasan mengenai pemberian nama Balarama sebagai berikut:
Karena Balarama, putera Rohini, mampu menambah pelbagai berkah, namanya Rama, dan karena kekuatannya yang luar biasa, ia dipanggil Baladewa. Ia mampu menarik Wangsa Yadu untuk mengikuti perintahnya, maka dari itu namanya Sankarshana.
(Bhagawatapurana, 10.8.12)

[sunting]Mahabharata

Baladewa terkenal sebagai pengajar Duryodana dari Korawa dan Bima dari Pandawa seni bertarung menggunakan gada. Ketika perang meletus antara pihak Korawa dan Pandawa, Baladewa memiliki rasa sayang yang sama terhadap kedua pihak dan memutuskan untuk menjadi pihak netral. Dan akhirnya ketikaBima (yang lebih kuat) mengalahkan Duryodana (yang lebih pintar) dengan memberikan pukulan di bawah perutnya dengan gada, Baladewa mengancam akan membunuh Bima. Hal ini dicegah oleh Kresna yang mengingatkan Baladewa atas sumpah Bima untuk membunuh Duryodana dengan menghancurkan paha yang pernah ia singkapkan kepada Dropadi.

[sunting]Akhir riwayat hidup

Arca Krishna-Balarama dari Krishna-Balarama Mandir, Vrindavan,India.
Dalam Bhagawatapurana dikisahkan setelah Baladewa ambil bagian dalam pertempuran yang menyebabkan kehancuran Dinasti Yadu, dan setelah ia menyaksikan Kresna yang menghilang, ia duduk bermeditasi di bawah pohon dan meninggalkan dunia dengan mengeluarkan ular putih besar dari mulutnya, kemudian diangkut oleh ular tersebut, yaitu Sesa.

[sunting]Tradisi dan pemujaan

Dalam tradisi Waisnawa dan beberapa sekte Hindu di India, Baladewa dipuja bersama Sri Kresna sebagai kepribadian dari Tuhan yang Maha Esa dan dalam pemujaan mereka sering disebut "Krishna-Balarama". Mereka memiliki hubungan yang dekat dan selalu terlihat bersama-sama. Jika diibaratkan, Kresna merupakan pencipta sedangkan Baladewa merupakan potensi kreativitasnya. Baladewa merupakan saudara Kresna, dan kadang-kadang dilukiskan sebagai adik, kadang-kadang dilukiskan sebagai kakaknya. Baladewa juga merupakan Laksmana pada kehidupan Wisnu sebelum menitis pada Kresna, dan pada zaman Kali, beliau menitis sebagai Nityananda, sahabatSri Caitanya.
Dalam Bhagawatapurana diceritakan, setelah Baladewa ambil bagian dalam pertempuran antara wangsa Yadu dan Wresni, dan setelah ia menyaksikan Kresna mencapai moksa, ia duduk untuk bermeditasi agar mampu meninggalkan dunia fana lalu mengeluarkan ular putih dari dalam mulutnya. Setelah itu ia diangkut oleh Sesa dalam wujud ular.

[sunting]Baladewa dalam Pewayangan Jawa

Prabu Baladewa atau Balarama dalam bentuk wayang kulit versi Jawa.
Dalam pewayangan Jawa, Baladewa adalah saudara Prabu Kresna. Prabu Baladewa yang waktu mudanya bernama Kakrasana, adalah putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra atau Maekah. Ia lahir kembar bersama adiknya, dan mempunyai adik lain ibu bernama Dewi Subadra atau Dewi Lara Ireng, puteri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini. Baladewa juga mempunyai saudara lain ibu bernama Arya Udawa, putra Prabu Basudewa dengan Ken Sagupi, seorang swarawati keraton Mandura.
Prabu Baladewa yang mudanya pernah menjadi pendeta di pertapaan Argasonya bergelar Wasi Jaladara, menikah dengan Dewi Erawati, puteri Prabu Salya dengan Dewi Setyawati atau Pujawati dari negara Mandaraka. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putera bernama Wisata dan Wimuka.
Baladewa berwatak keras hati, mudah naik darah tapi pemaaf dan arif bijaksana. Ia sangat mahir mempergunakan gada, sehingga Bima dan Duryodana berguru kepadanya. Baladewa mempunyai dua pusaka sakti, yaitu Nangggala dan Alugara, keduanya pemberian Brahma. Ia juga mempunyai kendaraan gajahbernama Kyai Puspadenta. Dalam banyak hal, Baladewa adalah lawan daripada Kresna. Kresna berwarnahitam sedangkan Baladewa berkulit putih.
Pada perang Bharatayuddha sebenarnya prabu Baladewa memihak para Korawa, tetapi berkat siasat Kresna, beliau tidak ikut namun sebaliknya bertapa di Grojogan Sewu (Grojogan = Air Terjun, Sewu = Seribu) dengan tujuan agar apabila terjadi perang Bharatayuddha, Baladewa tidak dapat mendengarnya karena tertutup suara gemuruh air terjun. Selain itu Kresna berjanji akan membangunkannya nanti Bharatayuddha terjadi, padahal keesokan hari setelah ia bertapa di Grojogan Sewu terjadilah perang Bharatayuddha. Jika Baladewa turut serta, pasti para Pandawa kalah, karena Baladewa sangatlah sakti.
Baladewa ada yang mengatakan sebgai titisan daripada naga sementara yang lainya meyakini sebagai titisan Sanghyang Basuki, Dewa keselamatan. Ia berumur sangat panjang. Setelah selesai perang Bharatayudha, Baladewa menjadi pamong dan penasehat Prabu Parikesit, raja negara Hastinapura setelah mangkatnya Prabu Kalimataya atau Prabu Puntadewa. Ia bergelar Resi Balarama. Ia mati moksa setelah punahnya seluruh Wangsa Wresni.

[sunting]Silsilah


 
 
Ahuka
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ugrasena
 
Dewaka
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Surasena
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Raja Cedi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kamsa
 
Dewaki
 
Basudewa
 
9 putera
 
 
 
 
 
 
3 puteri
 
Srutasrawa
 
Damagosa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kresna
 
 
 
 
 
 
 
 
Kunti
 
Pandu
 
 
 
Sisupala
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Baladewa
 
Subadra
 
Yudistira
 
Bima
 
Arjuna